300x250 AD TOP

Kamis, 30 November 2017

Tagged under:

Mencintai Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam

ONE DAY ONE HADIST

RABU,  29 NOVEMBER 2017 M/ 10 RABIUL AWAL 1439 H

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ  أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ

Dari Abu Hurairah r.a. ia berkata, “Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidak sempurna keimanan seseorang dari kalian sampai ia mencintai aku melebihi kedua orang tuanya dan anaknya.”
(HR Bukhari No: 13, hadits sahih)

Rasulullah SAW mengawali sabdanya dengan sumpah, “Demi Dzat yang jiwaku berada ditangan-Nya”, menunjukkan apa yang akan disampaikan adalah suatu yang amat penting.

Pesan penting tersebut ialah tentang syarat kesempurnaan iman seseorang, dengan mencintai Rasulullah SAW melebihi kasih dan sayang kepada kedua orang tua serta anak-anak.

Cinta kepada orang tua melahirkan rasa hormat serta berbakti, dan cinta kepada anak berarti memenuhi permintaannya,dahulu membimbing dan mengarahkan nya, sedang  cinta kepada Rasulullah SAW adalah dengan mentaati segala perintahnya dengan tidak mengurangi terlebih menambah nambahi perkara dalam urusan agama.

Cinta kepada Rasulullah SAW melebihi kecintaan kepada orang tua dan Kepada yang lainnya ber
arti mengagungkan serta mentaati perintah, mencontohi dan melaksanakan sunnahnya.

Dalam hadits yang hampir senada tetapi ada redaksi tambahan diakhir, yaitu mencitai Nabi diatas kecintaan kepada seluruh manusia

عَنْ أَنَسٍ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ

Dari Anas r.a. ia berkata, Nabi SAW bersabda: "Tidak sempurna keimanan seseorang diantara kalian hingga ia lebih mencintai aku daripada kedua orang tuanya, anaknya, dan manusia semuanya." (HR Bukhari No: 15) Status: Hadis Sahih

Hadits tersebut mengajarkan bahwa

1.  Kesempuraan iman itu menuntut kecintaan yang sempurna kepada Rasulullah SAW.

2.  Kesempurnaan iman seseorang mesti meletakkan rasa cinta kepada Rasulullah SAW melebihi kecintaan kepada ibu bapak, anaknya juga manusia seluruhnya.

3.  Kecintaan kepada Rasulullah SAW juga mesti melebihi kecintaan kepada diri sendiri atau hawa nafsunya.
Abdullah bin Hisyam RA, ia berkata:

كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ آخِدٌ بِيَدِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ فَقَالَ لَهُ عُمَرُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ  َلأَنْتَ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ إِلاَّ مِنْ نَفْسِي. فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لاَ وَالَّذِي نَفْسِيْ بِيَدِهِ  حَتَّى أَكُوْنَ أَحَبَّ إِلَيْكَ مِنْ نَفْسِكَ. فَقَالَ لَهُ عَمَرُ: فَإِنَّهُ اْلآنَ وَاللهِ  َلأَنْتَ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ نَفْسِي. فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اْلآنَ يَا عُمَرُ.

“Kami mengiringi Nabi SAW, dan baginda memegang tangan ‘Umar bin al-Khatab RA. Kemudian ‘Umar berkata kepada Nabi SAW: ‘Wahai Rasulullah, sungguh engkau sangat aku cintai melebihi apa pun selain diriku.’ Maka Nabi SAW menjawab: ‘Tidak, demi yang jiwaku berada di tangan-Nya, hingga aku sangat engkau cintai melebihi dirimu.’ Lalu ‘Umar berkata kepada baginda: ‘Sesungguhnya sekarang, demi Allah, engkau sangat aku cintai melebihi diriku.’ Maka Nabi SAW bersabda: ‘Sekarang (engkau benar), wahai ‘Umar.’ (HR. Bukhari No: 6632)

4.  Kecintaan kepada Rasulullah SAW mesti didahului dengn kecintaan kepada Allah. Mencintai Rasulullah adalah cinta karena Allah.

5. Kecintaan kepada Rasulullah SAW mesti diperlihatkan dengan lisan dan perbuatan. Pengungkapan rasa cinta hanya sebatas lisan, layaknya sepasang kekasih yang hanya membuktikan perasaan cintanya dimulut belaka. Tentunya model percintaan seperti ini tidak akan tahan lama, bahkan cenderung menjenuhkan. Bukti cinta yang tepat adalah  dengan menduplikasi segala perilaku Rasulullah shalallahu alaihi wasallam dalam hal sunnah jibiliyah, dalam hal aqidah shahihah, ibadat khalishah dan muamalah masyru'ah dengan prinsip maslahatul mursalah.

Firman Allah yang berkaitan dengan tema hadits tersebut

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًا  

laqod kaana lakum fii rosuulillaahi uswatun hasanatul limang kaana yarjulloha wal-yaumal-aakhiro wa zakarollaaha kasiiroo

"Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah."
(QS. Al-Ahzab 33: Ayat 21)

Dan firman-Nya

مُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللّٰهِ  ۗ  وَالَّذِيْنَ مَعَهٗۤ اَشِدَّآءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَآءُ بَيْنَهُمْ  تَرٰٮهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَّبْتَغُوْنَ فَضْلًا مِّنَ اللّٰهِ وَرِضْوَانًا  ۖ  سِيْمَاهُمْ فِيْ وُجُوْهِهِمْ مِّنْ اَثَرِ السُّجُوْدِ  ۗ  ذٰ لِكَ مَثَلُهُمْ فِى التَّوْرٰٮةِ   ۖ  وَمَثَلُهُمْ فِى الْاِنْجِيْلِ   ۚ  كَزَرْعٍ اَخْرَجَ شَطْئَـهٗ فَاٰزَرَهٗ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوٰى عَلٰى سُوْقِهٖ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَـغِيْظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ  ۗ  وَعَدَ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ مِنْهُمْ مَّغْفِرَةً وَّاَجْرًا عَظِيْمًا

Muhammadur rosuululloh, wallaziina ma'ahuuu asyiddaaa`u 'alal-kuffaari ruhamaaa`u bainahum taroohum rukka'an sujjaday yabtaghuuna fadhlam minallohi wa ridhwaanan siimaahum fii wujuuhihim min asaris-sujuud, zaalika masaluhum fit-taurooti wa masaluhum fil-injiil, kazar'in akhroja syath`ahuu fa aazarohuu fastaghlazho fastawaa 'alaa suuqihii yu'jibuz-zurrooo'a liyaghiizho bihimul-kuffaar, wa'adallohullaziina aamanuu wa 'amilush-shoolihaati min-hum maghfirotaw wa ajron 'azhiimaa

"Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu melihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya. Pada wajah mereka tampak tanda-tanda bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Taurat dan sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Injil, yaitu seperti benih yang mengeluarkan tunasnya, kemudian tunas itu semakin kuat, lalu menjadi besar dan tegak lurus di atas batangnya, tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan di antara mereka, ampunan dan pahala yang besar."
(QS. Al-Fath 48: Ayat 29)

0 comments:

Posting Komentar