300x250 AD TOP

Jumat, 06 Juli 2018

Tagged under: ,

Takwa: Mewujudkan Keberkahan, Menjauhkan Kesempitan Hidup

Allah SWT telah menyediakan ganjaran di akhirat dan balasan kebaikan di dunia bagi hamba-hamba-Nya yang bertakwa. Di akhirat Allah SWT menyediakan surga (lihat QS Ali Imran [3]: 133). Di dunia Allah SWT memberikan jalan keluar atas berbagai persoalan hidup dan rezeki dari jalan yang tak diduga (lihat QS ath-Thalaq [65]: 2-3). Allah SWT pun membukakan keberkahan dari langit dan bumi bagi penduduk negeri yang bertakwa (lihat QS al-A’raf [7]: 96).
Sebaliknya, Allah SWT telah memberikan peringatan dan ancaman besar di dunia maupun di akhirat atas penyimpangan, kemaksiatan dan dosa yang dilakukan manusia. Di akhirat, para pendosa yang menyimpang dari petunjuk dan aturan Allah SWT akan dijatuhi azab yang pedih.

وَرَأَى الْمُجْرِمُونَ النَّارَ فَظَنُّوا أَنَّهُم مُّوَاقِعُوهَا وَلَمْ يَجِدُوا عَنْهَا مَصْرِفًا

Para pendosa melihat neraka. Mereka pun yakin akan jatuh ke dalamnya dan mereka tidak menemukan satu pun tempat menghindar dari neraka itu (TQS al-Kahfi [18]: 53).
Bukan hanya di akhirat, Allah SWT juga memperingatkan, siapa saja yang berpaling dari syariah-Nya, bagi dia kehidupan yang sempit di dunia.

وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَىٰ

Siapa saja yang berpaling dari peringatan-Ku, sungguh bagi dia penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkan dirinya pada Hari Kiamat dalam keadaan buta (TQS Thaha [20]: 124).
Imam Ibnu Katsir menjelaskan di dalam Tafsîr al-Qur’ân al-‘Azhîm, “(Frasa) ‘man a’radha ‘an dzikrî’ bermakna menyalahi ketentuan-Ku dan apa saja yang Aku turunkan kepada Rasul-Ku. Dia berpaling dan melupakannya. Dia mengambil yang lain sebagai petunjuknya. (Frasa) ‘sungguh bagi dia penghidupan yang sempit’ yakni di dunia. Tidak ada ketenteraman bagi dia. Tidak ada kelapangan di dada (hati)-nya. Dadanya sempit dan berat karena kesesatannya meski lahiriahnya merasakan kenikmatan, memakai dan makan apa yang dia mau serta tinggal di mana dia suka.”
Kesempitan Hidup
Berbagai kesempitan hidup yang dirasakan saat ini boleh jadi wujud dari apa yang Allah SWT peringatkan itu. Saat ini petunjuk wahyu-Nya dikesampingkan. Syariah-Nya ditinggalkan. Sebaliknya, hukum warisan para penjajah diterapkan dan dilestarikan. Sistem buatan manusia yang jauh dari ketentuan al-Quran dan as-Sunnah justru diterapkan di segala aspek kehidupan. Akibatnya, kehidupan masyarakat pun terus dirundung masalah dan kesusahan tak ada habisnya.
Sekadar contoh, untuk ke sekian kalianya, masyarakat kembali mendapatkan kado pahit kenaikan harga BBM. Per 1 Juli lalu harga BBM jenis Pertamax menjadi Rp 9.500 perliter, Pertamax Turbo menjadi Rp 10.700 per liter, Dexlite menjadi Rp 9.000 perliter dan Pertamina Dex menjadi Rp 10.500. Harga Pertalite tetap Rp 7.800 dan Minyak Tanah non-subsidi tetap Rp 11.550 perliter. Kenaikan ini diberlakukan “diam-diam” tanpa ada sosialisasi. Dalihnya, karena yang naik adalah BBM non subsidi.
Memang, harga BBM yang masih diatur Pemerintah yakni Premium, Solar dan Minyak Tanah bersubsidi serta gas 3 kg bersubsidi tidak naik. Namun demikian, bukan berarti kenaikan BBM kali ini tidak ada kaitannya dengan Pemerintah. Sebabnya, semua itu terjadi karena sejak awal Pemerintah Jokowi-JK melakukan liberalisasi energi dan migas. Di antaranya dengan mencabut subsidi BBM. Harganya diserahkan mengikuti harga pasar. Karena harga migas terus naik, setidaknya sejak awal tahun, maka rakyat merasakan harga BBM dan listrik terus naik sejak awal tahun. Harga Pertamax setidaknya telah naik empat kali sejak awal tahun lalu.
Kenaikan harga BBM itu, meski tidak semua jenis, pasti akan meningkatkan berbagai macam biaya. Harga barang dan jasa akan mengalami kenaikan. Ujungnya, beban hidup masyarakat pun akan semakin berat.
Yang naik bukan hanya harga BBM. Jumlah utang Pemerintah pun terus membengkak. Utang Pemerintah per April 2018 mencapai Rp 4.180,6 tiliun. Rasionya 29,88% terhadap produk domestik bruto (PDB). Jumlah tersebut terdiri dari pinjaman dalam dan luar negeri sebesar Rp 773,4 triliun dan penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 3.407,1 triliun (Cnbnindonesia.com, 17/5/2018).
Akibat langsungnya, cicilan pokok dan bunga terus membengkak dan menyedot alokasi APBN. Untuk cicilan bunga utang saja, sepanjang Januari-April 2018, Pemerintah tercatat membayar cicilan bunga utang sebesar Rp 79,3 triliun.
Menurut informasi dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kemenkeu (Kompas.com, 04/07/2017), pada 2018 utang jatuh tempo mencapai Rp 390 triliun dan pada tahun 2019 sekitar Rp 420 triliun. Jika dijumlah, sekitar Rp 810 triliun.
Dengan angka sebesar itu, pembayaran cicilan pokok dan bunga utang menjadi salah satu alokasi terbesar dalam APBN. Kas negara tersedot untuk bayar utang tiap tahun. Makin besar jumlah utang, jumlah kas negara yang tersedot untuk bayar cicilan utang juga makin besar. Akibatnya, alokasi APBN untuk rakyat makin terbatas, selain masih banyak dampak lain yang harus dihadapi.
Pada saat yang sama, nilai kurs Rupiah terhadap Dollar terus melemah. Tercatat, kurs Dollar telah melewati Rp 14.400 per Dollar AS, bahkan menyentuh Rp 14.500 per dollar pada 3 Juli. Sejumlah dampak yang memberatkan perekonomian dan kehidupan masyarakat pun mengintai, di antaranya:
Harga-harga barang impor, termasuk barang teknologi dan komoditas kebutuhan sehari-hari, akan naik. Masih banyak sekali barang kebutuhan yang bergantung pada impor termasuk barang kebutuhan sehari-hari seperti tahu, tempe dll. Jika harganya tidak dinaikkan, ukurannya diperkecil, atau produsen terpaksa memangkas penghasilan mereka.
Naiknya kurs Dollar juga akan membengkakkan nilai utang luar negeri dalam rupiah. Per akhir April 2018, jumlah utang luar negeri Indonesia tercatat US$ 358,7 miliar atau Rp 5.021,8 triliun. Rinciannya: utang Pemerintah dan Bank Sentral sebesar US$ 184,7 miliar atau sekitar Rp 2.585 triliun; utang swasta US$ 174 miliar atau sebesar Rp 2.436 triliun (kurs 14.000 per 1 US$). Jika kurs Dollar naik menjadi Rp 14.400, maka jumlah utang itu akan menjadi Rp 5.165,28 triliun (membengkak Rp 143,48 triliun). Rinciannya: utang Pemerintah menjadi Rp 2.659,68 triliun (naik Rp 74,68 triliun) dan utang swasta Rp menjadi 2.505,6 triliun (naik Rp 69,6 triliun). Cicilan pokok dan bunganya tentu juga membengkak. Alhasil, kenaikan kurs Dollar makin menguras kas negara.
Naiknya kurs Dollar pun akan membengkakkan ongkos energi. Separuh dari kebutuhan minyak atau sekitar 800 ribu barel perhari harus diimpor. Jika diasumsikan harganya 70 Dollar perbarel seperti kisaran harga sekarang maka dengan naiknya kurs dari 14 ribu menjadi 14.400, diperlukan tambahan Rp 22,4 miliar perhari atau Rp 672 miliar dalam satu bulan. Ujungnya, harga BBM dan listrik tentu akan naik lagi. Tentu ini berdampak buruk bagi kehidupan masyarakat.
Naiknya harga-harga akibat kenaikan harga BBM dan kenaikan kurs sudah barang tentu akan mengerek angka inflasi. Makin tinggi angka inflasi menandakan makin buruknya kinerja ekonomi Pemerintah. Dampak inflasi dan dampak-dampak lain akibat kenaikan harga BBM dan kurs memang tidak langsung terasa sekarang, melainkan akan terasa dua tiga bulan ke depan.
Sepanjang 2018, kecuali Maret, neraca transaksi berjalan (import-ekspor) mengalami defisit. Artinya, lebih banyak impor daripada ekspor. Impor jelas perlu Dollar. Dengan naiknya kurs Dollar, angka impor yang sama membutuhkan uang rupiah lebih banyak.
Naiknya kurs Dolar juga akan menguras cadangan devisa. Cadangan devisa pada akhir Maret US$ 126 miliar (Kumparan.com, 6/4), turun menjadi US$ 124,86 miliar pada akhir April, terendah sejak Juni 2017 (Cnbcindonesia.com, 8/5) dan menurun US$ 2 miliar pada akhir Mei 2018 menjadi US$ 122,9 miliar pada akhir Mei (Kontan.co.id, 8/6), dan kemungkinan besar posisi cadangan devisa pada akhir Juni menurun lagi.
Tentu masih ada dampak-dampak lain. Gabungan dari dampak kenaikan harga BBM, kenaikan utang, kenaikan kurs Dollar dan lainnya, memberi alarm bahwa krisis seperti sebelumnya tidak mustahil akan berulang lagi.
Semua itu adalah bagian dari penghidupan yang sempit yang dirasakan masyarakat. Semua itu merupakan akibat negeri ini berpaling dari syariah Allah SWT. Negera ini malah menerapkan sistem sekular kapitalis.
Jalan Keluar
Al-Quran telah memperingatkan:

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Telah tampak kerusakan di darat dan di laut karena perbuatan manusia supaya Allah menimpakan kepada mereka sebagian akibat perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar) (TQS ar-Rum [30]: 41).
Dengan demikian tidak ada jalan keluar dari semua masalah yang ada kecuali dengan kembali pada petunjuk wahyu; kembali syariah-Nya. Tentu dengan menerapkan syariah Islam untuk mengatur seluruh aspek kehidupan: ekonomi, moneter, politik, sosial, budaya dan aspek lainnya. Penerapan syariah Islam secara menyeluruh (kâffah) ini pasti akan mewujudkan keberkahan dari langit dan bumi sebagaimana yang telah Allah SWT janjikan. WalLâh a’lam bi ash-shawâb. []
—***—
Hikmah:
Rasulullah saw. bersabda:

مَنْ لَزِمَ الِاسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللَّهُ لَهُ مِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا وَمِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

Siapa saja yang melazimkan istighfar, Allah pasti akan memberi dia jalan keluar atas segala kesempitan; menghapus segala kesedihan; dan memberi dia rezeki dari arah yang tidak dia duga (HR Abu Dawud dan Ibnu Majah).
—***—

0 comments:

Posting Komentar