300x250 AD TOP

Sabtu, 07 Maret 2020

Tagged under:

Fiqih Shiyam (Bag 4)

📚 Perbuatan yang Mustahab dalam Puasa

📕 Matan Abu Syuja’:

وَيُسْتَحَبُّ فِي الصَّوْمِ ثَلَاثَةُ أَشْيَاءَ: تَعْجِيلُ الْفِطْرِ وَتَأْخِيرُ السُّحُورِ وَتَرْكُ الْهُجْرِ مِنَ الْكَلَامِ

Tiga hal mustahab dalam puasa: ta’jil al-fithr (menyegerakan berbuka), ta-khir as-suhur (mengakhirkan sahur) dan meninggalkan ucapan buruk/vulgar.

📒 Penjelasan

📌 Ta’jil Berbuka

✅ Dianjurkan melakukan ta’jil berbuka puasa berdasarkan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

لَا يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الفِطْرَ

Masyarakat tetap dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka. (HR. Al-Bukhari no 1856, Muslim no 1098 dari Sahl bin Sa’ad radhiyallahu ‘anhu). 

✅ Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan:

أَنَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُفْطِرُ قَبْلَ أَنْ يُصَلِّيَ عَلَى رُطَبَاتٍ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ رُطَبَاتٌ فَتُمَيْرَاتٌ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تُمَيْرَاتٌ حَسَا حَسَوَاتٍ مِنْ مَاءٍ

Bahwa sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berbuka sebelum shalat maghrib dengan beberapa butir ruthab, jika tidak ada ruthab maka dengan beberapa tamr, jika tidak ada maka dengan beberapa teguk air. (HR. At-Tirmidzi – shahih).

📌 Ta-khir Santap Sahur

✅ Dalam bahasa Arab, aktifitas makan sahur disebut suhur (السُحُورُ), sedangkan sahur (السَّحُورُ) adalah makanan atau hidangan makan sahur.  Seperti wudhu adalah aktifitasnya sedangkan air yang digunakan disebut wadhu.

✅ لَا تَزَالُ أُمَّتِي بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الفِطْرَ وَأَخَّرُوا السُّحُورَ

Ummatku tetap dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka dan mengakhirkan makan sahur (HR. Ahmad, 5/147).

✅ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ: أَنَّ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَزَيْدَ بْنَ ثَابِتٍ: «تَسَحَّرَا فَلَمَّا فَرَغَا مِنْ سُحُورِهِمَا، قَامَ نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى الصَّلاَةِ، فَصَلَّى»، قُلْنَا لِأَنَسٍ: كَمْ كَانَ بَيْنَ فَرَاغِهِمَا مِنْ سُحُورِهِمَا وَدُخُولِهِمَا فِي الصَّلاَةِ؟ قَالَ: «قَدْرُ مَا يَقْرَأُ الرَّجُلُ خَمْسِينَ آيَةً»

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Allah (Muhammad) shallallahu ‘alaihi wasallam dan Zaid bin Tsabit radhiyallahu anhu makan sahur, setelah keduanya selesai darinya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bangkit untuk shalat (subuh), maka shalatlah beliau. Kami berkata kepada Anas: Berapa lama jarak antara sahur mereka berdua dengan shalat mereka? Anas berkata: selama seseorang membaca 50 ayat. (HR. Al-Bukhari no 556).

📌 Meninggalkan Perkataan Kotor atau Vulgar

✅ Meninggalkan perkataan kotor atau vulgar disebutkan sebagai hal yang mustahab maksudnya adalah bahwa perkataan kotor atau vulgar tidak termasuk yang membatalkan puasa (bukan fardhu atau rukun puasa), namun tetap tercela pelakunya dan menghilangkan nilai puasanya. 

✅ وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَصْخَبْ

Pada hari puasa diantara kamu janganlah ia rafats (berkata dengan perkataan hina, vulgar, kotor), dan janganlah shakhab (meninggikan suara dan buat gaduh). (HR. Al-Bukhari & Muslim).

✅ Ibnu Hajar rahimahullah berkata:

وَالْجُمْهُورُ وَإِنْ حَمَلُوا النَّهْيَ عَلَى التَّحْرِيمِ إِلَّا أَنَّهُمْ خَصُّوا الْفِطْرَ بِالْأَكْلِ وَالشُّرْبِ وَالْجِمَاعِ

Dan mayoritas ulama meskipun menyatakan bahwa larangan tersebut menunjukkan keharaman, namun mereka mengkhususkan batalnya puasa dengan makan, minum dan jima’ saja. (Fath Al-Bari, 4/104).

Bersambung ..

Sumber: https://t.me/ilmusyariah
Admin: @Ilmusyariah_admin

0 comments:

Posting Komentar