300x250 AD TOP

Senin, 20 April 2020

Tagged under:

Bermaafan Sebelum Ramadhan

ONE DAY ONE HADITS

Ahad, 19 April 2020 M / 23 Sya’ban 1441 H


Oleh : Dr. Ajang Kusmana
(Waket PDM Kab. Malang Jatim)


من كانت له مظلمة لأخيه من عرضه أو شيء فليتحلله منه اليوم قبل أن لا يكون دينار ولا درهم إن كان له عمل صالح أخذ منه بقدر مظلمته وإن لم تكن له حسنات أخذ من سيئات صاحبه فحمل عليه

“Orang yang pernah menzhalimi saudaranya dalam hal apapun, maka hari ini ia wajib meminta perbuatannya tersebut dihalalkan oleh saudaranya, sebelum datang hari dimana tidak ada ada dinar dan dirham. Karena jika orang tersebut memiliki amal shalih, amalnya tersebut akan dikurangi untuk melunasi kezhalimannya. Namun jika ia tidak memiliki amal shalih, maka ditambahkan kepadanya dosa-dosa dari orang yang ia zhalimi” 
(HR. Bukhari no.2449)

1. Meminta maaf lakukan dengan segera, jangan menunggu hari raya atau menjelang Ramadhan. Kalau pun terlambat, minta maaf itu boleh diakukan sebelum ajal datang. Karena balasan di akhirat kelak bukan lagi saling memaafkan, tetapi pahala seseorang ditransfer kepada orang yang pernah di dzalimi, atau dosa ditambahkan kepadanya dari orang yang ia zhalimi.

2. Meminta maaf itu baik, namun bila meminta maaf tanpa sebab dan dilakukan kepada semua orang yang ditemui, baik yang dikenal maupun tidak, tidak pernah diajarkan oleh Islam. Jika ada yang berkata: “Manusia khan tempat salah dan dosa, mungkin saja kita berbuat salah kepada semua orang tanpa disadari”. Yang dikatakan itu memang benar, namun apakah serta merta kita meminta maaf kepada semua orang yang kita temui? Rasulullah tidak menuntunkan, sekalipun tidak jelek. Namun jadi ghuluw. 

3. Mengapa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dan para sahabat tidak pernah berbuat demikian? Padahal mereka orang-orang yang paling khawatir akan dosa. Selain itu, kesalahan yang tidak sengaja atau tidak disadari tidak dihitung sebagai dosa di sisi Allah Ta’ala. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam,

إن الله تجاوز لي عن أمتي الخطأ والنسيان وما استكرهوا عليه

“Sesungguhnya Allah telah memaafkan ummatku yang berbuat salah karena tidak sengaja, atau karena lupa, atau karena dipaksa”
 (HR Ibnu Majah, 1675, Al Baihaqi, dan 7/356, Ibnu Hazm dalam Al Muhalla, 4/4)


4. Bermaafan menjelang bulan Ramadhan, tidak didapatkan riwayat dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ataupun riwayat-riwayat dari para shahabat, apalgi bila dikaitkan dengan sebagai SYARAT SAH diterimanya puasa, jelas ini tidak benar. Adapun hadis berikut bukan mengabarkan bahwa harus bermaafan sebelum ramadhan, namun kabar tentang seseorang yang melewati, menemui, dan menjalankan puasa di Ramadhan namun tidak berdampak pada pengampunan dosa dan pembersihan jiwa. 



عن أبي هريرة أن رسول الله صلى الله عليه و سلم رقي المنبر فقال : آمين آمين آمين فقيل له يارسول الله ما كنت تصنع هذا ؟ ! فقال : قال لي جبريل : أرغم الله أنف عبد أو بعد دخل رمضان فلم يغفر له فقلت : آمين ثم قال : رغم أنف عبد أو بعد أدرك و الديه أو أحدهما لم يدخله الجنة فقلت : آمين ثم قال : رغم أنف عبد أو بعد ذكرت عنده فلم يصل عليك فقلت : آمين قال الأعظمي : إسناده جيد

Dari Abu Hurairah RA beliau menceritakan; Rasulullah SAW naik mimbar lalu beliau mengucapkan, ‘Amin … amin … amin.’ Para sahabat bertanya, ‘Kenapa engkau berkata demikian, wahai Rasulullah?’ Kemudian, beliau bersabda, ‘Baru saja Jibril berkata kepadaku, ‘Allah melaknat seorang hamba yang melewati Ramadhan tanpa mendapatkan ampunan,’ maka kukatakan, ‘Amin.’ Kemudian, Jibril berkata lagi, ‘Allah melaknat seorang hamba yang mengetahui kedua orang tuanya masih hidup, namun itu tidak membuatnya masuk Jannah (karena tidak berbakti kepada mereka berdua),’ maka aku berkata, ‘Amin.’ Kemudian, Jibril berkata lagi, ‘Allah melaknat seorang hamba yang tidak bershalawat ketika disebut namamu,’ maka kukatakan, ‘Amin.”

 (HR. Bukhari No. 646, Ibnu Khuzaimah No. 1888, Al Baihaqi dalam As Sunan Al Kubra No. 8767).


6. Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh ampunan. Salah satu fungsi keutamaan Ramadahan adalah sebagai bulan ampunan. Bila seseorang melewati Ramadhan namun tidak bertambah ketaatan, ketakwaan, dan kekhusuan nya, maka dikwatirkan luput dari ampunan sebagaimana Allah dan RasulNya janjikan. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa melakukan qiyam Ramadhan (shalat tarawih) karena iman dan mencari pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” 
(HR. Bukhari no. 37 dan Muslim no. 759)

7. Seseorang harus tidak berani untuk menganjurkan umat ini akan suatu perkara yang tidak pernah dikerjakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam padahal beliau shallallahu ‘alaihi wasallam sangat mampu untuk mengerjakannya dan tidak ada penghalang untuk mengerjakan hal itu, apa lagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendapati bulan Ramadan selama hidup beliau sebanyak 8 atau 9 kali dan selama itu tidak ada riwayat beliau menganjurkan untuk meminta maaf baik antara sesama muslim atau orang tua atau suami istri menjelang bulan Ramadhan. Dalam urusan agama yang baik itu apa yang dituntunkan dan dicontohkan Rasululah. Selain yang datang dari Rasuullah itu sebatas pendapat, boleh diikuti bila menguatkan dan menjelaskan. Itu lebih menyelamatkan. 

8. Memberi maaf merupakan bagian dari perbuatan mulia. Jangan menenukan waktu tertentu ntuk memberi/meminta maaf. Saling meminta dan memberi maaf adalah perintah Allah SWT untuk semua hamba-Nya. Karena di dalamnya banyak pintu-pintu kebaikan dan kemuliaan. kalimat maaf itu diambil dari potongan ayat 

 وَالْعَافِين عَنِ النَّاسِ 

maksud dari kalimat ‘affa adalah ‘affa ‘alal atsar. Atsar yang dimaksud adalah bekas yang ditinggalkan dalam perjalanan manusia, seperti halnya bekas perjalanan mereka di padang pasir. Kemudian datanglah angin, menghapus bekas dari perjalanan mereka (seperti halnya jejak kaki yang terhapus). Lengkapnya ayat tersebut adalah ciri orang yang bertakwa yang merupakan tujuan utama dari puasa

الَّذِينَ يُنْفِقُون فِي السَّرَّاء وَالضَّرَّاء وَالْكَاظِمِين الْغَيْظَ وَالْعَافِين عَنِ النَّاسِ وَاللَّه يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
Mereka adalah orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.

(QS. Ali Imran :134)

0 comments:

Posting Komentar