300x250 AD TOP

Sabtu, 04 September 2021

Tagged under: ,

Dakwah Islam Bukan Penistaan Agama

Buletin Dakwah Kaffah No. 208 (25 Muharram 1443 H/3 September 2021 M)

Baru kali ini kasus penistaan agama dikaitkan dengan konten dakwah Islam yang membahas ajaran agama lain. Bahkan sekarang da’i yang mengupas pandangan Islam terhadap agama lain dianggap telah melakukan penistaan agama dan bisa dijerat hukum pasal penghinaan agama. 

Benarkah mendakwahkan ajaran Islam seputar perbandingan agama merupakan penistaan? Bukankah di dalam al-Quran terdapat banyak ayat-ayat yang membahas bantahan terhadap keyakinan umat lain? Bukankah setiap Muslim wajib meyakini bahwa hanya Islam yang benar dan agama lain batil?

Islam Agama Dakwah

Allah SWT telah menjadikan Islam sebagai agama dakwah. Ajaran Islam wajib disampaikan kepada segenap manusia. Tentu untuk mengubah keyakinan mereka agar mereka memeluk Islam. Allah SWT berfirman:

ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ

Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik serta berdebatlah dengan mereka dengan cara yang lebih baik (TQS an-Nahl [16]: 125).

Seorang Muslim yang mendakwahi orang lain hingga orang itu meyakini Islam dan meninggalkan keyakinannya akan mendapatkan pahala besar. Rasulullah saw. bersabda:

لَأَنْ يَهْدِي اللهُ عَلَى يَدِك رَجُلًا وَاحِدًا خَيْرٌ لَك مِمّا طَلَعَتْ عَلَيْهِ الشّمْسُ أَوْ غَرَبَتْ

Sungguh Allah memberikan hidayah kepada seseorang melalui dirimu adalah lebih baik daripada apa yang diterangi oleh matahari atau ketika tenggelam (HR ath-Thabarani).

Kewajiban berdakwah ini telah mendorong umat Muslim menyebarkan risalah ini ke seluruh penjuru dunia. Mereka berhasil mengubah para pemeluk akidah selain Islam—baik dari kalangan paganis/penyembah berhala, majusi, kaum zindik dan ahli kitab baik Yahudi maupun Nasrani—berbondong-bondong memeluk Islam. 

Sikap Muslim terhadap pemeluk akidah dan agama lain adalah menyeru mereka untuk masuk Islam; membongkar kebatilan keyakinan dan ajaran mereka; sekaligus menyampaikan kebenaran dan kemuliaan ajaran Islam. Bukan justru mengembangkan paham pluralisme seperti yang belakangan ini sering terjadi. Allah SWT telah berfirman:

قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا اللَّهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ

Katakanlah (Muhammad), "Wahai Ahlul Kitab! Marilah (kita) menuju pada satu kalimat (pegangan) yang sama antara kami dan kalian, bahwa kita tidak menyembah selain Allah dan kita tidak mempersekutukan Dia dengan sesuatu pun; bahwa kita tidak menjadikan satu sama lain tuhan-tuhan selain Allah.” (TQS Ali Imran [3]: 64).

Imam as-Sa’di dalam tafsirnya menjelaskan bahwa ayat ini menyeru kaum Ahlul Kitab menuju tawhidullah dalam ibadah dan tidak menyembah selain Allah, lalu memberikan ketaatan hanya kepada Allah dan Rasul-Nya, bukan kepada makhluk (As-Sa’di, Taysir al-Manan fi Tafsir al-Qur’an, 1/224).

Rasulullah saw. pun menegaskan bahwa umat di luar Islam berada dalam kekufuran hingga mereka melepaskan akidah dan agama mereka, lalu memeluk Islam. Sabda beliau:

وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، لَا يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ يَهُودِيٌّ، أَوْ نَصْرَانِيٌّ، ثُمَّ يَمُوتُ وَلَا يُؤْمِنُ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ، إِلَّا كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ

Demi jiwa Muhammad yang ada dalam genggaman-Nya, tidaklah salah seorang dari umat ini, baik Yahudi atau Nasrani, mendengar aku, kemudian dia mati dan tidak mengimani apa yang dengan itu aku diutus, melainkan termasuk penghuni neraka (HR Ahmad).

Mendakwahi Non-Muslim

Al-Quran berisi ayat-ayat yang berisi ajakan kepada kaum Muslim untuk meneguhkan keyakinan mereka pada Islam. Al-Quran pun mengandung seruan kepada pemeluk agama lain agar masuk Islam sekaligus membantah keyakinan mereka. Ayat-ayat tersebut menyeru akal manusia dengan membuktikan kebatilan agama mereka. Dakwah kepada mereka dilakukan tanpa mencela atau menistakan agama mereka, namun dilakukan dengan ilmiah, argumentatif dan menggugah akal (Lihat: QS an-Nahl [16]: 125).

Ketika berhadapan dengan para penyembah berhala, Allah SWT menurunkan ayat yang mengingatkan mereka akan lemahnya berhala dibandingkan dengan kekuasaan-Nya:

إِنَّ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَنْ يَخْلُقُوا ذُبَابًا وَلَوِ اجْتَمَعُوا لَهُ وَإِنْ يَسْلُبْهُمُ الذُّبَابُ شَيْئًا لَا يَسْتَنْقِذُوهُ مِنْهُ ضَعُفَ الطَّالِبُ وَالْمَطْلُوبُ

Sungguh segala yang kalian seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun walaupun mereka bersatu menciptakannya. Jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, mereka pun tidak akan dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemah yang menyembah dan amat lemah (pula) yang disembah (TQS al-Hajj [22]: 73).

Ayat ini bukan menistakan keyakinan kaum paganis, tetapi justru mengajak mereka untuk berpikir jernih apakah pantas sesuatu yang lemah, tidak bisa menciptakan lalat, bahkan tidak bisa menjaga sesuatu dari lalat, dijadikan tuhan oleh manusia. Padahal ada Allah Yang Maha Pencipta yang telah menciptakan berbagai makhluk dari yang paling kecil hingga yang paling besar, juga menciptakan alam semesta.

Saat berhadapan dengan kaum yang meyakini bahwa Tuhan memiliki anak, ayat-ayat al-Quran mengajak mereka merenungkan keyakinan mereka agar mereka memahami sendiri kebatilan akidah mereka (Lihat: QS al-Mu’minun [23]: 91).

Allah SWT pun membantah klaim kaum Nasrani yang menyatakan bahwa Isa bin Maryam adalah anak tuhan. Allah SWT berfirman:

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ وَقَالَ الْمَسِيحُ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ

Sungguh telah kafirlah orang-orang yang berkata, “Sungguh Allah ialah Al-Masih putra Maryam.” Padahal al-Masih (sendiri) berkata, “Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhan kalian.” (TQS al-Maidah [5]: 72).

Selain itu fakta bahwa telah terjadi pemalsuan oleh orang-orang Bani Israil terhadap kitab-kitab suci mereka, Taurat dan Injil, juga telah dinyatakan oleh Allah SWT:

فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ يَكْتُبُونَ الْكِتَابَ بِأَيْدِيهِمْ ثُمَّ يَقُولُونَ هَذَا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ لِيَشْتَرُوا بِهِ ثَمَنًا قَلِيلًا

Celakalah orang-orang yang menulis kitab dengan tangan mereka (sendiri), kemudian berkata, “Ini dari Allah,” (dengan maksud) untuk menjualnya dengan harga murah (TQS al-Baqarah [2]: 79).

Apa yang disampaikan al-Quran tentang pemalsuan ayat-ayat yang tercantum dalam kitab-kitab kaum Yahudi dan Nasrani adalah fakta, bukan penistaan. 

Belakangan, pada tahun 1994, di San Francisco, AS, terbit buku berjudul, The Five Gospels: What Did Jesus Really Say? Buku ini adalah hasil seminar 76 orang pakar dari berbagai disiplin ilmu yang meneliti keotentikan Injil. Mereka mendapati bahwa 82 persen isi kandungan injil sesungguhnya bukan berasal dari Yesus. Temuan ini menguatkan firman Allah SWT bahwa telah terjadi perubahan ayat dalam kitab-kitab suci terdahulu.

Stop Kriminalisasi Dakwah

Karena itu mendakwahi kaum kuffar merupakan salah satu perintah Allah yang agung. Kaum Muslim telah diwajibkan untuk menyampaikan dakwah Islam kepada seluruh umat manusia. Tentu harus dibedakan menyampaikan kebenaran Islam kepada umat di luar Islam dengan menistakan agama atau keyakinan mereka. Menista agama umat lain adalah haram. Allah SWT berfirman:

وَلَا تَسُبُّوا الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ فَيَسُبُّوا اللَّهَ عَدْوًا بِغَيْرِ عِلْمٍ

Janganlah kalian memaki sesembahan yang mereka sembah selain Allah karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa dasar pengetahuan (TQS al-An’am [6]: 108).

Namun, bukan merupakan penistaan agama ketika seorang Muslim menerangkan kebatilan dan kerusakan akidah umat lain. Hal itu bahkan merupakan kewajiban yang telah Allah tetapkan. 

Kaum Muslim pun harus memiliki keyakinan tersebut sebagaimana yang telah diajarkan Kitabullah dan Sunnah Nabi saw. Bukan justru menyatakan semua agama benar lalu menyerukan pluralisme dan sinkretisme. Sikap seperti ini telah diperingatkan oleh para ulama, “Siapa saja yang tidak mengkafirkan orang yang beragama selain Islam seperti Nasrani, atau meragukan kekafiran mereka, atau membenarkan doktrin/ajaran mereka, maka dia telah kafir meskipun bersamaan dengan itu dia menampakkan dirinya Islam dan meyakininya” (An-Nawawi, Rawdhah ath-Thalibin, 3/444).

Kerukunan dan toleransi antarumat beragama tidak dilakukan dengan menganggap semua agama benar, kemudian menyembunyikan ayat-ayat al-Quran yang telah membahas kebatilan ajaran dan agama di luar Islam. Kerukunan umat beragama itu terwujud dengan adanya jaminan perlindungan terhadap harta, keamanan, kehormatan dan kehidupan. Untuk itulah negara harus menerapkan syariah Islam secara kaffah. Bukan dengan menutup-nutupi kebenaran ayat-ayat suci (Lihat: QS al-Baqarah [2]: 42).

Sungguh ironi jika dakwah dianggap sebagai penistaan agama dan tindakan kriminal. Padahal ini merupakan kewajiban agama yang pelakunya dijanjikan pahala besar oleh Allah SWT. Menganggap dakwah Islam yang mengungkap kebatilan agama lain sebagai penistaan agama dan tindakan kriminal sama dengan mengkriminalisasi ayat-ayat al-Quran. Na’uzubilLah min dzalik! []

---*---

Hikmah:

Allah SWT berfirman:

هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ

Dialah (Allah) yang telah mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar (Islam) agar Dia memenangkan agama itu atas semua agama yang ada meski kaum musyrik membencinya. (TQS at-Taubah [9]: 22). []

---*---

Download file PDF versi mobile:
http://bit.ly/kaffah208m

Download file PDF versi cetak:
http://bit.ly/kaffah208

0 comments:

Posting Komentar