300x250 AD TOP

Sabtu, 23 September 2017

Tagged under:

Mengakhirkan Shalat Isya

ONE DAY ONE HADITS
Sabtu, 23 September  2017 M/ 3 Muharam  1439 H

Oleh : Dr. Ajang Kusmana, S.Ag., M.Ag.

Dari  ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata,

أَعْتَمَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- ذَاتَ لَيْلَةٍ حَتَّى ذَهَبَ عَامَّةُ اللَّيْلِ وَحَتَّى نَامَ أَهْلُ الْمَسْجِدِ ثُمَّ خَرَجَ فَصَلَّى فَقَالَ « إِنَّهُ لَوَقْتُهَا لَوْلاَ أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِى »

“Suatu malam Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendirikan shalat ‘atamah (isya`) sampai berlalu malam dan penghuni masjid pun ketiduran, setelah itu beliau datang dan shalat. Beliau bersabda, ‘Sungguh ini adalah waktu shalat Isya’ yang tepat, sekiranya aku tidak memberatkan umatku’.” (HR. Muslim no. 638)

Hadits ini bukanlah maksudnya, “Sampai sebagaian besar malam berlalu”, namun maksudnya adalah “sampai berlalu malam”. Bisa bermakna demikian karena kita melihat pada konteks hadits selanjutnya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam katakan selanjutnya, “Sungguh ini adalah waktu shalat Isya’ yang tepat”. Tentunya pelaksanaan shalat Isya tersebut tetap berjamaah dan di Masjid, karena tidak ada tempat yang utama untuk melaksanakan shalat fardhu berjamaah kecuali di masjid.

Waktu Shalat ‘Isya ada keutamaan tersendiri diantara shalat lima waktu lainnya. Shalat ‘Isya jika diakhirkan waktunya dapat membawa kebaikan seperti jamaah yang banyak, atau dapat melakukan qiyamullail maka waktu shalat ‘Isya itu lebih utama (mustahabbah/sunnah) di akhirkan ketimbang di awal waktu.

Pada asalnya shalat yang paling utama adalah yang dilaksanakan pada awal waktunya, sebagaimana yang tersebut dalam hadist Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shalahu ‘alaihi wa as- salam ketika ditanya perihal amal yang paling utama:

أيّ الأعمال أفضل؟ قال : الصّلاة على وقتها

"Amal apakah yang paling utama? Beliau menjawab, "shalat pada waktunya." ( Hadist Shohih Riwayat Hakim )

Namun tidak mutlak, seperti hal nya Shalat Dzuhur ketika matahari terik sekali,  maka tidak apa-apa kalau sholat dhuhur tersebut diakhirkan sampai terik matahari berkurang, sebagaimana yang terdapat dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rosulullah sholahu ‘alaihi wa as- salam bersabda :

إذا اشتدّ الحرّ فأبردوا بالصلاة فإنّ شدّة الحرّ من فيح جهنّم

"Jika panas sangat terik maka shalatlah pada saat panas sudah reda karena teriknya panas matahari merupakan bagian dari muntahan jahannam." (HR Bukhari dan Muslim)

Berikut ini syawahid hadits berkaitan kebolehan diakhirkan pelaksanaan shalat Isya

1. Rasulullah SAW bersabda :

وقول النبي صلى الله عليه وسلم : لولا أن أشق  على أمتي لأمرتهم أن يؤخروا العشاء إلى ثلث الليل أو نصفه (أخرجه أبو داود و الترمذي و النسائي و أحمد و الحاكم ) .

Rasulullah Saw bersabda: “Jikakalaulah tidak memberatkan kepada umatku akan aku perintahkan mereka mengakhirkan shalat ‘Isya sampai kepada sepertiga malam atau seperdua malam “ 
(HR. Abu Dawud, Atturmudzi, Annasa’i, Ahmad, Alhakim ).

Hadits tersebut menunjukkan bahwa tidak mengapa mengakhirkan shalat Isya’ hingga pertengahan malam. Jika shalatnya dikerjakan pertengahan malam, berarti shalat Isya’ bisa berakhir setelah pertengahan malam. Ini menunjukkan bahwa boleh jadi waktunya sampai terbit fajar shubuh.  Lihat Shahih Fiqh Sunnah, 2/246.

2. Rasulullah SAW bersabda :

وَصَلَّى الْعِشَاءَ إِلَى ثُلُثِ اللَّيْلِ

“Beliau melaksanakan shalat ‘Isya’ hingga sepertiga malam.” (HR. Abu Daud no. 395. Hadits ini shahih)

3. Dari  ‘Abdullah bin ‘Amr, Rasulullah bersabda

وَوَقْتُ صَلاَةِ الْعِشَاءِ إِلَى نِصْفِ اللَّيْلِ الأَوْسَطِ

“Waktu shalat Isya’ adalah hingga pertengahan malam.” (HR. Muslim no. 612)

4. Dari Anas berkata

أَخَّرَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – صَلاَةَ الْعِشَاءِ إِلَى نِصْفِ اللَّيْلِ

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengakhirkan shalat Isya’ hingga pertengahan malam.” (HR. Bukhari no. 572)

5. Dari Jabir bin Abdillah ra :

وَالْعِشَاءَ أَحْيَانًا وَأَحْيَانًا إِذَا رَآهُمْ اجْتَمَعُوا عَجَّلَ وَإِذَا رَآهُمْ أَبْطَوْا أَخَّرَ

"Shalat Isya  terkadang (disegerakan) dan terkadang (diakhirkan). Jika beliau melihat mereka telah berkumpul, beliau menyegerakannya, dan jika beliau belum melihat mereka berkumpul, beliau mengakhirkannya." ( HR Bukhari dan Muslim )

6. Dari Abu Barzah Al Aslami ra :

وَكَانَ يَسْتَحِبُّ أَنْ يُؤَخِّرَ الْعِشَاءَ الَّتِي تَدْعُونَهَا الْعَتَمَةَ وَكَانَ يَكْرَهُ النَّوْمَ قَبْلَهَا وَالْحَدِيثَ بَعْدَهَا

"Rasulullah saw suka mengakhirkan shalat Isya' pada waktu yang kalian sebut sebagai Atamah, dan beliau tidak suka tidur sebelumnya dan berbicara sesudahnya." ( HR Bukhari dan Muslim )

7. Dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shalahu ‘alaihi wa as- salam bersabda :

ثمّ جاءه العشاء فقال قم فصلّه فصليّحين غاب الشّفق...ثمّ جاءه حبن ذهب نصف اليل فصلّي العشاء

Jibril mendatangi Nabi pada waktu isya'." Beliau pun mengerjakan shalat isya' ketika syafaq terbenam…kemudian pada pada hari kedua, jibril mendatangi beliau pada saat pertengahan malam telah berlalu, dan beliau pun mengerjakan shalat." ( HR. Ahmad, Turmudzi, dan Nasa'i)

Pelajaran yang dapat dipetik dari hadits tersebut

1. Pelaksanaan shalat fardhu yang utama adalah tepat pada waktunya, yaitu ketika adzan berkumandang maka segera sambut dan tunaikan shalat berjamaah.

2. Tidak ditemukan dalil yang membolehkan menunda shalat fardhu dengan alasan apapun kecuali shalat Isya.

3. Shalat Isya yang dilakukan berjamaah melewati tengah malam lalu disambung dengan shalat tahajud adalah lebih utama.

4. Batas shalat Isya adalah ketika datang shalat Fajar yang orang sering menyebutnya dengan waktu Athamah, yaitu durasi waktu yang terbentang setelah shalat Isya hingga waktu shalat shubuh tiba. Demikian pula waktu athamah ini adalah saat dimana sudah bisa dilakukan shalat malam dan tidak ada syarat harus tidur terlebih dahulu. Meski shalat malam yang afdhal adalah di sepertiga malam.

5. Shalat adalah ibadah mahdhah yang syarat dan ketentuan telah di tetapkan oleh Nabi Muhammad SAW. Tidak ada teladan yang lebih utama selain mengikuti jejak langkah Naabi Muhammad SAW.

6. Shalat bersifat taabudi yang pelaksanaan, baik berupa syarat syah maupun rukunnya harus merujuk dan berdasarkan syariat Islam.

Ayat berkaitan dengan tema shalat adalah

1. Kewajiban mengerjakan shalat pada waktu-waktu yang telah ditentukan. Allah berfirman,

إِنَّ الصَّلاَةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَاباً مَّوْقُوتاً

“…sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (Qs. An-Nisa’: 103)

2. Allah Ta’ala berfirman,

3. أَقِمِ الصَّلَاةَ لِدُلُوكِ الشَّمْسِ إِلَى غَسَقِ اللَّيْلِ وَقُرْآَنَ الْفَجْرِ إِنَّ قُرْآَنَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُودًا (78) وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا (79)

“Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat). Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (QS. Al Isra’: 78-79).

0 comments:

Posting Komentar