300x250 AD TOP

Jumat, 20 Oktober 2017

Tagged under:

Kebaikan Menghapus Kesalahan

ONE DAY ONE HADIST

JUMAT 20 KTOBER 2017 M/  30 MUHARAM 1439 H

Oleh : Dr. Ajang Kusmana 

AMALAN  YANG BANYAK MEMASUKAN KE SURGA

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, katanya:

سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ الْجَنَّةَ فَقَالَ تَقْوَى اللَّهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ وَسُئِلَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ النَّارَ فَقَالَ الْفَمُ وَالْفَرْجُ
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ditanya tentang sesuatu yang paling banyak menyebabkan manusia masuk ke dalam surga, beliau menjawab: “Taqwa kepada Allah dan akhlak yang baik.” Beliau juga ditanya tentang penyebab terbanyak manusia dimasukkan ke dalam neraka, beliau menjawab: “Mulut dan kemaluan.” (HR. At Tirmidzi No. 2004 , katanya: shahih. Ibnu Hibban No. 4246 , Al Hakim dalam Al Mustadrak No. 7919, katanya: shahih. Imam Adz Dzahabi juga menshahihkannya dalam At Talkhish)

Definisi dari Imam Al Baidhawi Rahimahullah
وهو استفراغ الوسع في القيام بالواجب والاجتناب عن المحارم
Taqwa adalah mengerahkan potensi dalam menjalankan kewajiban dan menjauhi hal-hal yang diharamkan. (Anwarut Tanzil, 1 /373 . Tafsir Al Muyassar, 3 /361 , 4 /340 , 10 /51)
Sama dengan ini, Syaikh Ismail bin Muhammad Al Anshari Rahimahullah mengatakan:
اتق الله : بامتثال أمره واجتناب نهيه ، والوقوف عند حده.
Bertaqwa-lah kepada Allah: dengan menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya, dan berhenti pada batasanNya. (At Tuhfah Ar Rabbaniyah, Syarah No. 18)
Berhenti pada batasannya artinya tidak melangggar syariatNya. Definisi yang kedua ini adalah definisi yang paling sering kita dengar.
Imam Abul Hasan Al Mawardi menyampaikan empat kelompok yang mendefinisikan makna taqwa. Pertama, adalah seperti yang disampaikan oleh Abdullah bin Mas’ud di atas. Lalu tiga kelompok lainnya:
والثاني : هو اتقاء جميع المعاصي ، وهو قول بعض المتصوفين. والثالث : هو أن يعترفواْ بالحق في الأمن والخوف. والرابع : هو أن يُطَاع ، ولا يُتَّقى في ترك طاعته أحدٌ سواه
Kedua, yaitu menghindari semua maksiat, ini adalah pendapat sebagian ahli tasawwuf. Ketiga, mengenali kebenaran baik dalam keadaan aman atau takut. Keempat, yaitu mentaati dan tidak takut kepada siapa pun dalam meninggalkan ketaatan kepadaNya kecuali takut kepadaNya. (Imam Abul Hasan Al Mawardi, An Nukat wal ‘Uyun, 1 /250)
Definisi lainnya adalah taqwa bermakna takut (Al Khauf). (Lihat Tafsir Al Muyassar, 1 /291 , 1 /401 , 2 /209 , 10 /93 . Lihat juga Tafsir Al Quran Al ‘Azhim, 1 /716)
Jadi, dari berbagai definisi ini kita simpulkan bahwa taqwa itu sikap menjalankan segala macam ketaatan dan perintah Allah Ta’ala, tidak membangkang, selalu ingat kepadaNya dan tidak lupa, serta menjauhi larangan- laranganNya, tidak melanggar syariatNya, takut kepada azab dan siksaNya, memegang teguh kebenaran baik dalam keadaan aman dan takut, bersyukur kepada semua nikmat Allah Ta’ala dan tidak mengkufurinya.
Nataaij At Taqwa (hasil-hasil dari taqwa)
Perintah taqwa bukanlah perintah kosong tanpa makna dan maksud. Allah ‘Azza wa Jalla telah menggambarkan tentang manfaat dan hasil yang akan diberikanNya bagi para muttaqin baik di dunia dan akhirat. Oleh karenanya, pengetahuan terhadapnya an nataaij at taqwa adalah hal yang penting untuk memacu diri kita agar menjadi insan yang bertaqwa kepada Allah Ta’ala.
Berikut ini hasil-hasil yang Allah ‘Azza wa Jalla berikan kepada orang-orang bertaqwa:
Pembeda (Al Furqan)
Orang yang bertaqwa kepada Allah, akan Allah Ta’ala berikan kepadanya Al Furqan, yaitu kemampuan membedakan antara haq dan batil, antara halal dan haram, lalu dia berjalan di atas kemampaunnya itu. Walau dia bukan tergolong ahlul ilmi (ulama).
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنْ تَتَّقُوا اللَّهَ يَجْعَلْ لَكُمْ فُرْقَانًا وَيُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ
Hai orang-orang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqaan. Dan kami akan hapuskan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (QS. Al Anfal (8 ): 29)
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di Rahimahullah mengatakan tentang ayat ini:
الفرقان: وهو العلم والهدى الذي يفرق به صاحبه بين الهدى والضلال، والحق والباطل، والحلال والحرام، وأهل السعادة من أهل الشقاوة.
Al Furqaan: dia adalah ilmu dan petunjuk yang dengannya pemiliknya dapat memisahkan antara petunjuk dan kesesatan, haq dan batil, halal dan haram, orang yang bahagia dan sengsara. (Syaikh Abdurrahman As Sa’di, Taisir Al Karim Ar Rahman fi Tafsir Kalam Al Manan, Hal. 319 . Cet. 1 , 2000 M- 1420H. Muasasah Ar Risalah)
Dihapuskannya Keburukan dan diampunkan dosa (Takfirus Sayyi’aat wal ghufran)
Ini hasil yang Allah ‘Azza wa Jalla berikan kepada orang-orang bertaqwa, sesuai ayat di atas:
… وَيُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ….
… Dan kami akan hapuskan dirimu dari kesalahan- kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu… (QS. Al Anfal (8 ): 29).
Juga ayat lain:
…وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ…
.. dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menghapus kesalahan- kesalahannya.. (QS. Ath Thalaq (65 ): 5)
Diberikan pahala yang besar (Ajrun ‘Azhim) yaitu surga
Lanjutan dari surat Ath Thalaq ayat 5 di atas adalah;
وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا
… dan akan diberikan pahala yang besar baginya. (QS. Ath Thalaq (65 ): 5)
Yaitu balasan di akhirat berupa surgaNya dan abadi di dalamnya.
Al Imam Abu Ja’far bin Jarir Ath Thabari Rahimahullah menjelaskan:
ويجزل له الثواب على عمله ذلك وتقواه، ومن إعظامه له الأجر عليه أن يدُخله جنته، فيخلده فيها.
Dia (Allah) melimpahkan baginya pahala atas pebuatannya dan ketaqwaannya itu, dan di antara besarnya balasan baginya adalah dia dimasukkan ke dalam surgaNya dan Dia kekalkan di dalamnya. (Imam Ibnu Jarir, Jami’ Al Bayan fi Ta’wil Al Quran, 23 /456 . Cet. 1 , 2000 M-1420H. Muasasah Ar Risalah. Tahqiq: Syaikh Ahmad Muhammad Syakir)
Keberkahan dalam hidup (Al Barakaat)
Allah Ta’ala menyebutkannya dalam ayat:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالأرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS. Al A’raf (7 ): 96)
Imam Al Baidhawi Rahimahullah menjelaskan:
لوسعنا عليهم الخير ويسرناه لهم من كل جانب وقيل المراد المطر والنبات
Benar-benar akan Kami lapangkan kepada mereka kebaikan, dan Kami berikan kemudahan bagi mereka di segala sisi. Ada yang menyebutkan maksudnya adalah: hujan dan tumbuh-tumbuhan. (Imam Al Baidhawi, Anwar At Tanzil, 2 /294. Mawqi’ At Tafasir)

Dari Anas bin Malik Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
أَرْحَمُ أُمَّتِي بِأُمَّتِي أَبُو بَكْرٍ وَأَشَدُّهُمْ فِي أَمْرِ اللَّهِ عُمَرُ وَأَصْدَقُهُمْ حَيَاءً عُثْمَانُ وَأَعْلَمُهُمْ بِالْحَلَالِ وَالْحَرَامِ مُعَاذُ بْنُ جَبَلٍ وَأَفْرَضُهُمْ زَيْدُ بْنُ ثَابِتٍ وَأَقْرَؤُهُمْ أُبَيٌّ وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَمِينٌ وَأَمِينُ هَذِهِ الْأُمَّةِ أَبُو عُبَيْدَةَ بْنُ الْجَرَّاحِ
Umatku yang paling penyayang terhadap umatku adalah Abu Bakar, yang paling ketat terhadap perintah Allah adalah Umar, yang paling benar rasa malunya adalah ‘Utsman, yang paling tahu halal dan haram adalah Muadz bin Jabal, yang paling tahu faraidh (ilmu waris) adalah Zaid bin Tsabit, dan yang paling bagus bacaannya adalah Ubai, dan setiap umat ada orang kepercayaan, dan kepercayaannya umat ini adalah Abu ‘Ubaidah bin Al Jarrah. (HR. At Tirmidzi No. 3790 , katanya: hasan gharib. Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami’ No. 895)

Jabir bin Abdullah Radhiallahu Anhu mengatakan:
كان معاذ بن جبل من أحسن الناس وجها وأحسنه خلقا وأسمحه كفا فأدان دينا كثيرا
Muadz bin Jabal adalah manusia yang paling bagus wajahnya, paling bagus akhlaknya, dan paling lapang tangannya (dermawan), dia telah memberikan hutang yang banyak. (Usadul Ghabah, 1 /1021)

Muadz bin Jabal Radhiallahu ‘Anhu adalah sosok yang amat dicintai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Muadz bercerita, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memegang tangannya dan berkata:
يَا مُعَاذُ وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ فَقَالَ أُوصِيكَ يَا مُعَاذُ لَا تَدَعَنَّ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ تَقُولُ اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
“Wahai Muadz, Demi Allah saya benar-benar mencintaimu, Demi Allah saya benar-benar mencintaimu.” Beliau bersabda: “Saya wasiatkan kepadamu, wahai Muadz, janganlah kamu tinggalkan ucapanmu pada setiap akhir shalat: Allahumma A’inni ‘ala dzikrika wasy syukrika wa husni ‘ibadatik – Ya Allah tolonglah aku dalam berdzikir kepadaMu dan bersyukur kepadaMu, dan kebaikan ibadah kepadaMu.” (HR. Abu Daud No. 1522 , Ahmad No. 22119 , Al Bazzar No. 2661 , Ibnu Hibban No. 2020 , 2021 , An Nasa’i No. 1303 , Ibnu Khuzaimah No. 751 , dll. Dishahihkan oleh Syaikh Syu’aib Al Arnauth dalam Tahqiq Musnad Ahmad No. 22119 , dan Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami’ No. 7969 )

Beliau wafat di Syam ketika mewabah Tha’un, saat itu berusia 34 tahun atau lebih, pada tahun 17 H atau setelahnya. Ada yang menyebut Beliau wafat saat usia 28 tahun, 32 tahun. Said bin Al Musayyib mengatakan 33 atau 34 tahun.
Abdullah bin Qurth mengatakan: saya menyaksikan wafatnya Muadz bin Jabal, saat itu dia berusia seperti Isa ‘Alaihissalam yaitu 33 atau 34 tahun.
(Selengkapnya lihat Imam Ibnul Atsir, Usadul Ghabah, Hal. 1020- 1022 . Imam Khairuddin Az Zarkili, Al I’lam, 7 /259 . Imam An Nawawi, Tahdzibul Asma, No. 582 . Al Hafizh Ibnu Hajar, Al Ishabah, No. 8043 . Darul Jil, Beirut. Imam Adz Dzahabi, As Siyar, 1 /443 . No. 86 . Imam Ibnu Abdil Bar, Al Isti’ab, 1 / 439-441 . Mawqi’ Al Warraq)

Perintah taqwa amat banyak dalam Al Quran, baik dalam bentuk kata ittaquullah (bertaqwa-lah kepada Allah), atau wa mayyattaqillaha (barang siapa yang bertaqwa kepada Allah), atau kalimat la’allakum tattaqun (agar kamu bertaqwa) telah tersebar di banyak ayat. Di antaranya:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang- orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa, (QS. Al Baqarah (2 ); 21)

Ayat lain:
وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan- jalan (yang lain), karena jalan- jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa. (QS. Al An’am 96 ): 153)

0 comments:

Posting Komentar