300x250 AD TOP

Senin, 02 Oktober 2017

Tagged under:

Neraka Teringat

ONE DAY ONE HADITS

2 OKTOBER 2017 M/12 MUHARAM 1439 H

Oleh : Dr. Ajang Kusmana, S.Ag., M.Ag

Hadis dari Abbas bin Abdul Muthalib radhiyallahu ‘anhu, beliau bertanya kepada Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam,

مَا أَغْنَيْتَ عَنْ عَمِّكَ، فَإِنَّهُ كَانَ يَحُوطُكَ وَيَغْضَبُ لَكَ؟
“Apakah anda tidak bisa menolong paman anda?, karena dia selalu melindungi anda dan marah karena anda.” Jawab Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam,

هُوَ فِي ضَحْضَاحٍ مِنْ نَارٍ، وَلَوْلاَ أَنَا لَكَانَ فِي الدَّرَكِ الأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ
”Dia berada di permukaan neraka. Andai bukan karena aku, niscaya dia berada di kerak neraka.” (HR. Ahmad 1774 dan Bukhari 3883).

Hadits riwayat Ahmad dan Bukhari di atas menegaskan bahwa hidayah Islam itu teramat mahal hingga, maqam Nabi pun tidak kuasa memaskan hidayah ke hati seseorang, sekalipun orang tersebut sangat dicintai karena kedekatan, hubungan nasab, dan perannya selama hidup yang tidak diragukan lagi. Nah, rupanya Abu Thalib, paman Nabi Muhammad SAW, termasuk orang yang dekat, ada hubungan nasab, dan telah berkorban banyak membantu dan mendukung dakwah Islam yang dilakukan Nabi Muhammad SAW. Namun, sayang di akhir hayatnya tidak mau dan tidak mampu menerima hidayah Islam.
Berikut ini hadits yang mengabarkan detik-detik terakhir kehidupan Abu Thalib penyandang neraka yang paling ringan sesuai yang diriwayatkan dalam Sahih Bukhari nomor 4307
حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ عَنْ أَبِيهِ قَالَ لَمَّا حَضَرَتْ أَبَا طَالِبٍ الْوَفَاةُ دَخَلَ عَلَيْهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعِنْدَهُ أَبُو جَهْلٍ وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِي أُمَيَّةَ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيْ عَمِّ قُلْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ أُحَاجُّ لَكَ بِهَا عِنْدَ اللَّهِ فَقَالَ أَبُو جَهْلٍ وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِي أُمَيَّةَ يَا أَبَا طَالِبٍ أَتَرْغَبُ عَنْ مِلَّةِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَأَسْتَغْفِرَنَّ لَكَ مَا لَمْ أُنْهَ عَنْكَ فَنَزَلَتْ { مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَى مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ }
________________________________________
Telah menceritakan kepada kami [Ishaq bin Ibrahim] Telah menceritakan kepada kami ['Abdur Razzaq] Telah mengabarkan kepada kami [Ma'mar] dari [Az Zuhri] dari [Sa'id bin Al Musayyab] dari [Bapaknya] dia berkata; "Ketika Abu Thalib mendekati ajalnya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam masuk menemuinya dan di dekatnya ada Abu Jahal dan Abdullah bin Abu Umayyah. Lalu beliau bersabda: "Wahai pamanku, ucapkanlah 'Laa Ilaaha Illallah (tidak ada sesembahan yang berhak di sembah selain Allah) ' yang dengannya aku akan berhujah untuk membelamu di sisi Allah -Azza wa Jalla-." Maka Abu Jahal dan Abdullah bin Umayyah berkata kepadanya; "Wahai Abu Thalib, Apakah kamu benci dengan agama Abdul Muthalib?" Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepadanya: "Sungguh akan aku akan mintakan ampunan untukmu selama aku tidak dilarang." Lalu turunlah ayat, "Tidak sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahanam." (Qs. At Taubah; 113).
Pelajaran yang dapat dipetik dari hadit tersebut adalah sebagai berikut
1. Hidayah Islam adalah kekayaan yang paling mahal, tidak dapat dibeli dan diganti dengan emas sepenuh bumi sekalipun
2. Ikatan nasab dan kekerabatan tidak bisa menjamin seseorang menjadi baik dan secara otomatis mendapat hidayah-taufik. Nabi Muhammad SAW sekalipun sebagai orang mulia dan maksum tidak berkuasa memasukan hidayah ke hati pamannya sekalipn pamannya tersebut sangat dicintainya
3. Membimbing agar seseorang mendapat hidayah hanyalah bisa dilakukan ketika seseorang tersebut dalam keadaan sadar dan masih hidup. Sepertinya perbuatan dan ikhtiar yang sia-sia ketika bermaksud memasukan hidayah kepada seseorang yang sedang mengantuk, sedang tertidur, sedang tidak sadarkan diri, sedang mati suri, terlebih lagi yang telah meninggal dunia, hal demikian tidak pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW maupun para sahabatnya.
4. Atas syafaat Nabi Muhammad SAW maka Abu Thalib menghuni neraka paling ringan, yaitu mata kaki nya saja yang terendam di neraka tetapi mendidih hingga ubun-ubun.
5. Karena berbeda keyakinan, maka doa pun tertotak. Tidak perlu bagi orang-orang beriman mendoakan pelaku syirik, apabila syriknya tersebut terbawa mati, maksudnya belum bertobat selagi hidup. Batas akhir taubat bagi seseorang adalah ketika nyawa belum sampai ditenggorokan. Jadi pertobatan seseorang ketika sudah di alam kubur adalah adalah pilihan sikap yang sia-sia belaka.

Ayat-ayat yang berhubungan dengan tema hadits tersebut adalah sebagai berikut
1. Surat Al-Qasas (28)-56

2. إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَن يَشَاء وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ


Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.

3. Surat Ali 'Imran (3)- 91
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَمَاتُوا وَهُمْ كُفَّارٌ فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْ أَحَدِهِمْ مِلْءُ الْأَرْضِ ذَهَبًا وَلَوِ افْتَدَىٰ بِهِ ۗ أُولَٰئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ وَمَا لَهُمْ مِنْ نَاصِرِينَ

Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan mati sedang mereka tetap dalam kekafirannya, maka tidaklah akan diterima dari seseorang diantara mereka emas sepenuh bumi, walaupun dia menebus diri dengan emas (yang sebanyak) itu. Bagi mereka itulah siksa yang pedih dan sekali-kali mereka tidak memperoleh penolong.

0 comments:

Posting Komentar