300x250 AD TOP

Selasa, 12 Maret 2019

Tagged under:

Berpasangan

ONE DAY ONE HADITS

Selasa,  12 Maret 2019 M / 6  Rajab 1440 H

عن ابن عمر رضي الله عنهما قال : قال النبي صلى الله عليه وسلم اَلْـحَيَاءُ وَ اْلإِيْمَانُ قُرِنَا جَمِـيْعًا  فَإِذَا رُفِعَ أَحَدُهُمَا رُفِعَ اْلاَ خَرُ.

Dari Ibnu Umar RA, Rasulullah SAW bersabda: Malu dan iman sentiasa bersama. Apabila salah satunya dicabut, maka hilanglah yang lainnya.”

(HR Thobarâni dalam Sahih Jami Shaghir: No 1603)

Kandungan hadits

1. Iman memiliki enam puluh lebih cabang. Malu adalah satu cabang dari Iman.” (HR Bukhari, Muslim, dan Abu Dawud). Malu atau rasa malu dapat diartikan dengan kusut atau ciutnya jiwa seseorang sehingga tidak mampu dan tidak kuat untuk melakukan hal-hal yang bersifat buruk atau tercela.

2. Jika rasa malu hilang dari seseorang maka akan mengakibatkan cela dan celaka.  Rasulullah saw  berabda, “Sesungguhnya Allah tatkala hendak membinasakan seorang hamba maka Allah mencabut rasa malu darinya. Ketika Allah telah mencabut rasa malu darinya, orang itu tidak akan mendapati dirinya, kecuali ia dibenci dan membenci orang lain,   dicabut amanah darinya. Ketika amanah telah dicabut darinya maka ia tidak mendapati dirinya, kecuali berkhianat dan dikhianati orang lain. Ketika tidak mendapati dirinya, kecuali ia berkhianat dan dikhianati maka akan dicabut darinya rahmat. Ketika telah dicabut rahmat darinya maka tidak mendapati dirinya, kecuali ia dikutuk dan dilaknat. Ketika tidak mendapati dirinya, kecuali ia dikutuk dan dilaknat maka akan dicabut darinya tali agama Islam.” (HR Ibnu Majah)

3. Malu dan iman adalah satu pasang, jika salah satunya hilang maka yang lain juga hilang.
(HR Al-Hakim).

4. Malu terhadap Allah, akan menghasilkan perasaan muraqobah (sentiasa merasa diawasi Allah), perbuatan ihsan, dan menjauhi kemaksiatan.

5. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sosok pribadi yang paling pemalu,  Allah Azza wa Jalla berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَدْخُلُوا بُيُوتَ النَّبِيِّ إِلَّا أَنْ يُؤْذَنَ لَكُمْ إِلَىٰ طَعَامٍ غَيْرَ نَاظِرِينَ إِنَاهُ وَلَٰكِنْ إِذَا دُعِيتُمْ فَادْخُلُوا فَإِذَا طَعِمْتُمْ فَانْتَشِرُوا وَلَا مُسْتَأْنِسِينَ لِحَدِيثٍ ۚ إِنَّ ذَٰلِكُمْ كَانَ يُؤْذِي النَّبِيَّ فَيَسْتَحْيِي مِنْكُمْ ۖ وَاللَّهُ لَا يَسْتَحْيِي مِنَ الْحَقِّ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah- rumah Nabi kecuali bila kamu diizinkan untuk Makan dengan tidak menunggu-nunggu waktu masak (makanannya), tetapi jika kamu diundang Maka masuklah dan bila kamu selesai makan, keluarlah kamu tanpa asyik memperpanjang percakapan. Sesungguhnya yang demikian itu akan mengganggu Nabi lalu Nabi malu kepadamu (untuk menyuruh kamu keluar), dan Allah tidak malu (menerangkan) yang benar.

[al-Ahzâb/ 33:53]

0 comments:

Posting Komentar