300x250 AD TOP

Kamis, 08 Agustus 2019

Tagged under:

Tawadhu

ONE DAY ONE HADITS
Kamis, 8  AGUSTUS 2019 M / 7   Dzulhijjah 1440 H

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ

Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sedekah tidaklah mengurangi harta. Tidaklah Allah menambahkan kepada seorang hamba sifat pemaaf melainkan akan semakin memuliakan dirinya. Dan juga tidaklah seseorang memiliki sifat tawadhu’ (rendah diri) karena Allah melainkan Allah akan meninggikannya.”

(HR. Muslim no. 2588).

Dalam konteks berbeda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ اللهَ أَوْحَى إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّى لَا يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ وَلَا يَبْغِ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ

“Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala telah mewahyukan kepadaku agar kalian tawadhu sehingga seseorang tidak merasa lebih mulia daripada yang lainnya dan tidak berbuat zalim terhadap orang lain.”

(HR. Muslim dari ‘Iyadh bin Himar radhiallahu ‘anhu)

Kandungan Hadits

1. Kupasan kandungan hadis di fokuskan pada tawadhu’  yang  merupakan akhlak mulia dari para nabi ‘alaihimush sholaatu wa salaam. Lihatlah Nabi Musa ‘alaihis salam melakukan pekerjaan rendahan, memantu memberi minum pada hewan ternak dalam rangka menolong dua orang wanita yang ayahnya sudah tua renta. Lihat pula Nabi Daud ‘alaihis salam makan dari hasil kerja keras tangannya sendiri. Nabi Zakariya dulunya seorang tukang kayu. Sifat tawadhu’ Nabi Isa ditunjukkan dalam perkataannya,

وَبَرًّا بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا

“Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.” (QS. Maryam: 32).

2. Tawadhu menjadikan orang mempunyai sifat mulia di dunia dan di akhirat. Yang dimaksudkan di sini, Allah akan meninggikan derajatnya di dunia maupun di akhirat. Di dunia, orang akan menganggapnya mulia, Allah pun akan memuliakan dirinya di tengah-tengah manusia, dan kedudukannya akhirnya semakin mulia. Sedangkan di akhirat, Allah akan memberinya pahala surge dan meninggikan derajatnya karena sifat tawadhu’nya di dunia (Lihat Al Minhaj Syarh Shahih Muslim,  16: 142)

3. Tawadhu (Merendahkan Diri)  ditunjukkan dengan tidak merasa lebih tinggi, lebih benar, dan lebih mulia daripada yang lainnya dalam hal ilmu, nasab, harta, kepemimpinan, dan sebagainya. Ciri orang yang memiliki sifat tawadhu bila dingatkan pihak lain selama ada dasar akan menerima dengan lapang dada dan besar hati, dengan tidak melihat siapa, dari mana, dan bagaimana status pihak tersebut.

4. Seorang muslim wajib merendahkan diri terhadap saudara-saudaranya yang mukmin, sebagaimana akhlak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sosok yang paling mulia dan paling tinggi kedudukannya di sisi Allah subhanahu wa ta’ala.” (Syarh Riyadhush Shalihin, 2/257). Selama rukun iman dan rukun Islamnya sama itu bagaimanapun saudara seiman, bagian dari keluarga besar kita, dan umat nabi kita, dan kita tidak tahu pasti apakah kita juga bisa mengakhiri tugas hidup ini dengan baik, meski harapannya mendapat Husnul Khatimah.

5. Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata, “Barangsiapa yang datang kepadamu membawa kebenaran, terimalah walaupun dia orang yang jauh dan engkau benci. Barangsiapa yang datang kepadamu membawa kebatilan, tolaklah walaupun dia orang yang dekat dan engkau cintai.” (al-Kabir lith-Thabarani, 9/106)

اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا تِالِّبَاعِه
وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا جِالْتِنَابِهِ

Ya Allah, tampakkanlah kebenaran itu sebagai kebenaran dan berilah kami rezeki untuk mengikutinya. Tampakkanlah kebatilan itu sebagai kebatilan dan berilah kami rezeki untuk menjauhinya.

0 comments:

Posting Komentar