300x250 AD TOP

Sabtu, 12 Oktober 2019

Tagged under:

Doa Memohon Agar Dikaruniai Anak

ONE DAY ONE DOA
Sabtu,  12  Oktober 2019 M / 19 Shafar 1441 H

Oleh : Dr. Ajang Kusmana
(Tinggal di Kabupaten Malang Jawa Timur)
.

رَبِّ هَبْ لِي مِن لَّدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاء

RABBI HAB LII MIN LADUNKA DZURRIYYATAN THAYYIBATAN INNAKA SAMII'U DDU'AA'-

“Duhai Tuhanku, berilah aku dari sisi-Mu seorang anak yang baik. Sungguh Engkau Maha Pendengar doa.”

(QS. Ali Imran: 38)

Anak keturunan adalah perhiasan rumahtangga. Akan terasa hampa sebuah pernikahan yang tanpa dihiasi anak. Celotehan,  kepolosan, dan bila sudah sedikit dewasa, doa merupakan bagian dari perhiasan keluarga sakinah. Setiap pasangan suami istri pasti ingin memiliki anak. Siapa yang bisa memberikan anak? Hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala yang kuasa menganugerahkannya. Karenanya sangat penting berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar Dia menganugerahkan anak.

Ada kalanya seseorang telah berdoa hingga bertahun-tahun, namun doa itu mungkin tak kunjung terkabul. Meski begitu, berdoalah dan teruslah berdoa. Jangan berputus asa. Tanamkan keyakinan bahwa Allah Ta’ala Maha Mengatur segala urusan, Allah Maha Mendengar dan Allah Maha Mengabulkan segala doa hambaNya. Berdoalah kepada Allah dengan suara yang lembut, penuh perendahan diri di hadapan Allah Rabbul ‘alamin. Bangun malam, berjamaah  antara suami isteri untuk shalat tahajud, kemudian istighfar 100, lanjutkan doa dengan suara lirih, sebagaimana halnya doa Nabi Zakaria tersebut.
Doa  dalam QS 3:38 tersebut adalah doa Nabi Zakariya memohon agar dikaruniai anak. Kehadiran anak  adalah kabar gembira. Siapa pun yang telah menikah lalu dikaruniai buah hati, hendaklah senantiasa bersyukur. Syukur itu ditancapkan dalam hati, dituturkan dengan lisan, dan diwujudkan dengan amal perbuatan. Di antara wujud syukur melalui perbuatan adalah: ajarkan shalat jamaah di masjid kepada anak, ajari mencitai rumah Allah Ta’ala sejak dini, didik anak dengan benar sesuai tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, bersabar atas perilaku mereka, dan selalu mendoakan kebaikan bagi mereka.
Doa minta anak yang dipanjatkan oleh Nabi Zakariya ‘alaihis salam. Kisah lengkapnya diterangkan Allah dalam Surat Ali Imran ayat 38-41 sebagai berikut:
Di sanalah Zakaria berdoa kepada Tuhannya seraya berkata, “Ya Tuhanku berilah aku keturunan yang baik dari sisiMu. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa.” Kemudian para malaikat memanggilnya ketika dia berdiri melaksanakan shalat di mihrab (katanya) “Sesungguhnya Allah menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan kelahiran (putamu bernama) Yahya yang membenarkan sebuah kalimat (Firman) dari Allah, panutan, berkemampuan menahan diri dari hawa nafsu dan seorang Nabi di antara orang-orang saleh.”
Dia Zakaria berkata, “Ya Tuhanku, bagaimana aku bisa mendapatkan anak sedangkan aku sangat tua dan istriku seorang yang mandul.” Allah berfirman, “Demikianlah Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.” Zakariya berkata, “Ya Tuhanku berilah aku suatu tanda (bahwa istriku mengandung)” Allah berfirman, “Tanda bagimu adalah bahwa engkau tidak bisa berbicara dengan manusia selama tiga hari kecuali dengan isyarat dan sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknyanya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari.”

(QS. Ali Imran: 38-41)

Ketika menafsirkan ayat tersebut, Wahbah Az Zuhaili menjelaskan kisah Nabi Zakariya bahwa ia sangat menginginkan anak khususnya setelah melihat Maryam yang mencurahkan seluruh waktu dan tenaganya untuk beribadah kepada Allah.
“Maka Nabi Zakariya berdoa kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala agar dikaruniai anak yang saleh seperti Maryam dari keturunan Nabi Yaqub Alaihissalam seraya berkata, ‘Ya Tuhanku Engkau Maha Mendengar setiap ucapan, memperkenankan setiap doa yang baik,”
Terkait kata “malaa-ikah” dalam ayat tersebut, Wahbah menjelaskan, menurut mayoritas ulama tafsir, malaikat yang berbicara kepadanya adalah Jibril. Namun pendapat yang lebih kuat menurut Imam Al Qurthubi adalah bahwa yang berbicara kepada Zakaria adalah para malaikat banyak. Maksudnya panggilan atau perkataan tersebut berasal dari para malaikat.
Waktu itu Nabi Zakariya sedang berdiri memanjatkan doa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan menunaikan shalat dalam mihrab tempat ibadahnya. Malaikat tersebut berkata kepadanya, ‘Sesungguhnya Allah Subhanahu Wa Ta’ala menggembirakan kamu dengan seorang anak yang diberi nama Yahya.’ Ketika menerima kabar gembira tersebut, Nabi Zakaria merasa takjub dan berkata ‘Bagaimana saya bisa mendapatkan seorang anak padahal saya sudah lanjut usia dan istri saya mandul.’
Allah Subhanahu wa Ta’ala memberi jawaban melalui perantara malaikat, ‘Begitulah Allah Subhanahu wa Ta’ala berbuat apa yang dikehendakiNya.’ Maksudnya seperti penciptaan seorang anak yang tidak seperti biasanya dialami oleh dirinya bersama istrinya, Allah Subhanahu wa Ta’ala berbuat apa yang dikehendakiNya di alam ini.
“Ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala menghendaki sesuatu, maka Dia akan mewujudkan baik melalui sebab atau perantara yang biasa berlaku maupun tidak. Dan di antaranya Allah menciptakan anak dari seorang ibu yang mandul,” lanjut Syaikh Wahbah.
Lalu Nabi Zakaria meminta kepada Allah agar ia diberi sebuah pertanda yang menunjukkan kalau istrinya sudah hamil karena dirinya ingin segera merasakan kebahagiaan tersebut atau dirinya ingin mensyukuri nikmat tersebut. Lalu Allah menjadikan pertanda tersebut dalam bentuk dirinya tidak mampu berbicara kepada orang-orang kecuali hanya dengan isyarat; dengan tangan atau kepala atau lainnya selama tiga hari berturut-turut. Allah juga menyuruhnya untuk memperbanyak dzikir dengan membaca takbir dan tasbih di kala ia sedang dalam kondisi tersebut terutama pada waktu pagi dan sore hari.
Demikianlah dikabulkannya doa minta anak tersebut. Nabi Zakariya yang sudah sangat tua dan istrinya yang mandul akhirnya mendapatkan seorang anak yang shalih, bahkan seorang Nabi. Yang tak kalah istimewa, Allah juga memberi nama pilihan kepada anak tersebut; Yahya.
Sebagaimana Nabi Zakariya, Nabi Ibrahim pun memanjatkan doa kepada Allah agar dikaruniai anak.

رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ
RABBI HAB LII MINA SHSHAALIHIIN

“Duhai Tuhanku, anugerahkanlah bagiku (seorang anak) yang termasuk orang shalih.”

(QS. Ash-Shaffat: 100)

Putus asa, merasa doanya tidak akan terkabul, serta tergesa-gesa ingin doanya segera terwujud merupakan sikap yang menjadi penghalang terkabulnya doa. Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يستجاب لأحدكم ما لم يعجل يقول دعوت فلم يستجب لي

“Doa yang dipanjatkan seseorang di antara kalian akan dikabulkan selama dia tidak tergesa-gesa. Dirinya berkata, ‘Aku telah berdoa namun tidak juga terkabul.’”
Barang siapa yang belum dikabulkan doanya jangan sampai lalai dari dua hal:Mungkin ada penghalang yang menghambat terkabulnya doa tersebut, seperti: memutus hubungan kekerabatan, bersikap lalim dalam berdoa, atau mengonsumsi makanan yang haram. Secara umum, seluruh perkara ini menjadi penghalang terkabulnya doa.
Tanamkan dalam keyakinan kita, bahwa boleh jadi pengabulan doanya ditangguhkan atau dia dipalingkan dari keburukan yang senilai dengan isi doanya. Sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Sa’id Al-Khudri radhiallahu ‘anhu,

أن النبي صلى الله عليه وسلم قال : “ما من مسلم يدعو بدعوة ليس فيها إثم ولا قطيعة رحم إلا أعطاه الله بها إحدى ثلاث : إما أن يعجل له دعوته وإما أن يدخرها له في الآخرة وإما أن يصرف عنه من السوء مثلها ” قالوا : إذن نكثر قال : ” الله أكثر”

Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah seorang muslim memanjatkan doa yang tidak mengandung dosa dan tidak pula pemutusan hubungan kekerabatan, melainkan Allah akan memberinya salah satu di antara tiga hal: doanya segera dikabulkan, akan disimpan baginya di akhirat, atau dirinya akan dijauhkan dari keburukan yang senilai dengan permohonan yang dipintanya.” Para shahabat berkata, “Kalau begitu, kami akan banyak berdoa.” Rasulullah menanggapi, “Allah lebih banyak (dalam mengabulkan doa kalian).” (Diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Ya’la dengan sanad jayyid (baik); hadits ini berderajat shahih dengan adanya beberapa hadits penguat dari jalur ‘Ubadah bin Shamit yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan Al-Hakim, serta dari jalur Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh Ahmad dan selainnya.)

Akan lebih utama mengiringi doa tersebut dengan banyak beristighfar dan memohon ampun kepada Allah. Karena Allah menjanjikan banyak hal bagi orang yang banyak istighfar, salah staunya adalah anak. Allah Subhanahu wata’ala  menceritakan ajakan Nabi Nuh AS kepada umatnya,
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا* يُرْسِلِ السَّمَاء عَلَيْكُم مِّدْرَارًا* وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَل لَّكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَل لَّكُمْ أَنْهَارًا

“… istighfarlah kepada Rabb-mu karena sesungguhnya Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, memperbanyak harta dan anak-anakmu, dan menciptakan kebun-kebun dan sungai-sungai untukmu.”
(QS. Nuh: 10-12).

0 comments:

Posting Komentar