300x250 AD TOP

Kamis, 31 Mei 2018

Tagged under:

Shalat Isyraq

ONE DAY ONE HADITS

Kamis,  31 Mei  2018 M / 15  Ramadhan 1439 H .

بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُه

Dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِي جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللهَ حَتَّى تَطْلُعَالشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ، تَامَّةٍتَامَّةٍ تَامَّةٍ.

“Barang siapa shalat subuh berjamaah (di masjid), lalu duduk berzikir hingga terbit matahari, kemudian shalat dua rakaat, adalah hal itu berpahala seperti pahala satu haji dan satu umrah yang sempurna, sempurna, sempurna.” 

(HR. at-Tirmidzi)

Kata at-Tirmidzi, “Ini adalah hadits hasan gharib. Aku telah bertanya kepada Muhammad bin Isma’il (yakni al-Imam al-Bukhari) prihal Abu Zhilal. Ia menjawab, ‘Muqaribul hadits (riwayat haditsnya mendekati).’ Kata Muhammad, ‘Namanya adalah Hilal’.” “Akan tetapi, jumhur ahli hadits menvonis Abu Zhilal sebagai rawi yang dha’if (lemah riwayatnya). Oleh karena itu, adz-Dzahabi menyatakan dalam kitabnya yang berjudul al-Mughni, ‘Mereka mendha’ifkan Abu Zhilal’.”

Namun, menurut al-Albani terdapat beberapa syahid (penguat) dari riwayat yang lain. Hal itu beliau sebutkan dalam kitab ash-Shahihah (no. 3403) dan menghukuminya sebagai hadits hasan dalam kitab Shahih Sunan at-Tirmidzi(no. 586) dan hasan lighairih (hasan karena penguatnya) dalam kitab Shahih at-Targhib wat Tarhib (no. 464).

Di antara penguatnya adalah hadits Abu Umamah radhiallahu ‘anhu dengan lafadz,

مَنْ صَلَّى صَلاَةَ الصُّبْحِ فِيْ مَسْجِدِ جَمَاعَةٍ يَثْبُتُ فِيْهِ حَتَّىيُصَلِّيَ سَبْحَةَ الضُّحَى كَانَ كَأَجْرِ حَاجٍّ أَوْ مُعْتَمِرٍ تَامًّا حَجَّتُهُوَعُمْرَتُهُ.

“Barang siapa shalat subuh berjamaah di masjid jami’, kemudian tetap tinggal di tempatnya hingga melaksanakan shalat dhuha (dua rakaat), adalah hal itu berpahala seperti pahala orang berhaji atau berumrah dengan haji dan umrah yang sempurna.” 

(HR. ath-Thabarani dalam al-Mu’jam al-Kabir)

Abul Hasan ‘Ubaidullah al-Mubarakfuri menukil dalam kitab Mir’atul Mafatih Syarhu Misykatil Mashabih bahwa ath-Thibi berkata, “Maknanya adalah lalu shalat setelah matahari meninggi seukuran batang tombak agar waktu terlarang telah berakhir. Shalat ini dinamakan shalat isyraq dan merupakan awal shalat dhuha.”
(Lihat Kitab As Shalah, adz Dzikri ba'da ash Shalah 3/328)

Kata asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin, “Shalat isyraq adalah shalat dhuha. Namun, jika kamu menunaikannya di awal waktu saat matahari terbit dan telah meninggi (dari ufuk) seukuran batang tombak (menurut pandangan kasat mata), itu dinamakan shalat isyraq. Apabila ditunaikan di akhir waktu atau di pertengahan waktu, itu dinamakan shalat dhuha.

Lihat kitab Liqa’ Bab al-Maftuh (141/25).

Ibnu ‘Utsaimin  berkata, “Shalat isyraq adalah shalat yang dilaksanakan setelah matahari meninggi seukuran batang tombak. Lamanya menurut perhitungan jam sekitar lima belas menit atau semisal itu. Itu adalah shalat isyraq dan merupakan shalat dhuha, karena pelaksanaan shalat dhuha dimulai sejak matahari meninggi seukuran batang tombak hingga menjelang zawal. Shalat dhuha lebih utama dilaksanakan  ketika matahari meninggi.

Dua rakaat shalat isyraq adalah dua rakaat shalat dhuha itu sendiri bukan Shalat ketika sepanjang matahari terbit, ini yang dipahami keliru oleh sebagian besar jamaah, jadi mereka Shalat dua raka'at dalam rentang waktu yang diharamkan. Jadi, Shalat Isyraq adalah  Shalat yang  pelaksanaannya di awal waktu, yaitu saat matahari meninggi seukuran batang tombak (setinggi 2 meter), itu adalah shalat isyraq. Jika diakhirkan pelaksanaannya di akhir waktu, itu adalah shalat dhuha, bukan shalat isyraq.”

Lihat kitab Majmu’ al-Fatawa war Rasa’il (14/305).

Asy-Syaikh Ibnu Baz, “Shalat isyraq adalah shalat dhuha di awal waktu." Sedangkan Shalat Dhuha lebih utama  dilaksanakan ketika waktu dhuha telah meninggi dan terik matahari amat panas. Hal itu sebagaimana sabda Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam,

صَلاَةُ الْأَوَّابِيْنَ حِيْنَ تَرْمَضُ الْفِصَالُ

“Shalat orang-orang yang gemar bertobat adalah ketika anak-anak onta kepanasan dari teriknya matahari.” (HR. Muslim)

Maknanya adalah ketika panas terik matahari menyengat anak-anak onta. Inilah makna hadits tersebut. Shalat dhuha setidaknya dua rakaat.”[5]
Lihat kitab Majmu’ al-Fatawa li Ibni Baz (11/400-401).

Isyraq adalah penamaan shalat dhuha yang dilaksanakan di awal waktu sebagai shalat isyraq dari Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma. ‘Abdullah bin Harits bin Naufal meriwayatkan,

أَنَّ ابْنَ عَبَّاسٍ كَانَ لَا يُصَلِّي الضُّحَى. فَأَدْخَلْتُهُ عَلَى أُمِّهَانِئٍ، فَقُلْتُ: أَخْبِريْ هَذَا بِمَا أَخْبَرْتِنِيْ

بِهِ. فَقَالَتْ أُمُّ هَانِئٍ: دَخَلَ عَلَيَّ رَسُوْلُ اللهِ يَوْمَ الْفَتْحِ فِيْبَيْتِيْ، فَأَمَرَ بِمَاءٍ، فَصَبَّ فِيْ قَصْعَةٍ، ثُمَّ أَمَرَ بِثَوْبٍ، فَأَخَذَبَيْنِيْ وَبَيْنَهُ، فَاغْتَسَلَ، ثُمَّ رَشَّ نَاحِيَةَ الْبَيْتِ، فَصَلَّى ثَمَانِرَكَعَاتٍ، وَذَلِكَ مِنَ الضُّحَى، قِيَامُهُنَّ وَرُكُوعُهُنَّ وَسُجُودُهُنَّوَجُلُوسُهُنَّ سَوَاءٌ، قَرِيبٌ بَعْضُهُنَّ مِنْ بَعْضٍ.

فَخَرَجَ ابْنُ عَبَّاسٍ وَهُوَ يَقُولُ: لَقَدْ قَرَأْتُ مَا بَيْنَ اللَّوْحَيْنِ، مَا عَرَفْتُ صَلاَةَ الضُّحَى إِلَّا الْآنَ: { يُسَبِّحۡنَ بِٱلۡعَشِيِّ وَٱلۡإِشۡرَاقِ }، وَكُنْتُ أَقُولُ: أَيْنَ صَلاَةُ الْإِشْرَاقِ؟ ثُمَّ قَالَ بَعْدُ: هُنَّ صَلاَةُ الْإشْرَاقِ.

Sesungguhnya Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma tidak pernah shalat dhuha. Lantas akumembawanya masuk ke Ummu Hani’, aku berkata, “Beritakan padanya apa yang kamu beritakan padaku.”

Ummu Hani’ berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menemui aku di rumahku pada hari penaklukan kota Mekah, lalu memerintahkan agar disiapkan air, lalu beliau menuangnya ke dalam bejana, lalu memerintahkan disiapkan pakaian, lalu mengambil tempat terpisah antara dirinya dan aku, lalu beliau mandi, lalu memerciki salah satu sudut rumah, lalu shalat delapan rakaat. Itu adalah shalat dhuha. Lama berdirinya, rukuknya, dan sujudnya hampir sama.”

Kemudian Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhumakeluar seraya berkata, “(Demi Allah) sungguh aku telah membaca di mushaf, tetapi tidaklah aku mengetahui shalat dhuha kecuali sekarang. (Allah berfirman),

يُسَبِّحۡنَ بِٱلۡعَشِيِّ وَٱلۡإِشۡرَاقِ ١٨

“Gunung-gunung itu bertasbih di pagi hari dan petang hari.” (Shad: 18)

Adalah aku sebelumnya bertanyatanya, ‘Mana shalat isyraq itu? Ternyata itulah shalat isyraq.” (Dikeluarkan oleh ath-Thabari dalam Tafsir-nya dan al- Hakim hadits dikeluarkan oleh Muslim)

0 comments:

Posting Komentar